Mengapa Menu item untuk Resto dianjurkan menggunakan type NON INVENTORY PART?
Seperti yang kita ketahui bahwa di data sample rene2 resto (GDB), semua menu yang dijual kepada customer di Resto, memiliki Type NON INVENTORY PART sedangkan yang INVENTORY PART hanya makanan kemasan seperti: aqua botol
1. Mengapa di rene2 sample resto dianjurkan semua bahan makanan (Menu) yang dijual menggunakan type Non inventory part? dan bukan Inventory Part?
2. Apa dampaknya kalau menggunakan Inventory Part?
Dikarenakan pada umumnya MENU masakan seperti angsio tahu, SOP, dan lain-lain belum diketahui berapa porsi pastinya sedangkan untuk makanan kemasan seperti AQUA sudah pasti kuantitasnya. Oleh karena itu dikuatirkan kalau menggunakan Inventory part maka kemungkinan besar bisa menjual dengan quantity lebih atau kurang dari hasil Produksi menu itu sendiri. sehingga konsekuensinya adalah harus melakukan Inventory Adjustment atau harus melakukan proses produksi belakangan setelah mengetahui qty penjualan, Justru tindakan seperti ini tidak tepat dan tidak benar.
Selain itu kompleksitas dan frekuensi proses produksi Menu di resto tidak memungkinkan untuk menggunakan Inventory part untuk menu-menu yang dijual. dan juga menu di restaurant sangat banyak detailnya dan proses pengerjaan pun sangat cepat, sebagai contoh membuat 1 Gelas Kopi Susu yang terdiri dari:
– 1 Gelas Air
– 10 Gram Kopi
– 20 Gram Gula
– 10 Gram Kreamer
Maka Prosesnya harus diinput dulu di Job Costing kemudian finishing to Item, kemudian baru disinkronisasi dari Accurate ke Rene kemudian baru dilakukan penjualan. itu baru proses 1 gelas Kopi, sepertinya proses pembuatan Kopi Susu akan lebih cepat dari proses Input. belum pembuatan Teh 1 gelas, capuccino, dll
belum lagi Nasi Goreng yang ada berbagai WIP seperti : WIP NASI, WIP Bawang Goreng, WIP kerupuk dan WIP lainnya. dimana sebelum memasak nasi goreng harus membuat proses job costing untuk WIP masing-masing. jadi sangat kompleks dan banyak.
Mungkin karena pertimbangan inilah maka sample rene resto dibuat dengan Non Inventory Part.
Bagaimana dengan HPP nya jika Item Non Inventory Part?. Biasanya HPP akan dilakukan secara global saja, dimana setiap pengambilan bahan baku makanan dari Gudang ke Dapur, maka bahan-bahan tersebut langsung di job costing dan difinishing to ACCOUNT HPP. dengan demikian konsekuensinya tidak bisa mengetahui HPP per Unit MENU yang terjual. tetapi langsung mengetahui di Laporan Rugi-Laba sehingga dari Total Revenue (Penjualan) menu dibandingkan dengan total Value bahan baku makanan yang digunakan di dapur untuk menghasilkan makanan-makanan atau Menu tersebut itulah yang akan menjadi Gross Profit atau Loss. biasanya restoran sudah memiliki RECIPE atau sejenis BIll of Material untuk menghitung HPP dari sebuah unit Menu untuk menentukan harga jual Menu sehingga kerugian dapat dihindarkan.
Note: sebenarnya, di suatu restoran, warteg, fastfood dll dapat menggunakan type Inventory Part untuk setiap menunya, tetapi sebelumnya terlebih dahulu pertimbangkan, banyaknya tenaga administrasi, peralatan, dan kecepatan input transaksi proses produksi menu-menu. sehingga tidak menyebabkan terganggunya kegiatan transaksi penjualan makanan (Menu)
Sorry, the comment form is closed at this time.